Minggu, 01 Februari 2015

Tafsir-tarbawi


TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG
FUNGSI-FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM
 (Analisis QS. Al-Baqarah/ 2 : 151)

Disusun Oleh :
Irvan Khoiri, S.Pd.I
1422010030

Program Studi      : Ilmu Tarbiyah
Konsentrasi                   : Pendidikan Agama Islam
Mata Kuliah                   : Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Dr. M. Akmansyah, MA
                               Dr. H. Arpandi, Lc. MA


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
2014 M/ 1435 H

TAFSIR AYAT-AYAT
TENTANG FUNGSI-FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM
 (Analisis QS. Al-Baqarah/ 2 : 151)

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Al – Qur’an memberikan informasi kepada manusia akan luasnya ilmu pengetahuan yang tidak terbatas dijagat raya ini. Sebagian ilmu tersebut tersurat dan juga tersirat didalam beberapa Firman Allah didalam Al- Qur’an. Didalamnya terdapat banyak sekali informasi penting seperti informasi tentang pendidikan.
Berbicara tentang pendidikan, tentunya didalam Al – Qur’an juga terdapat hal hal seperti itu, seperti bagaimana pentingnya pendidikan, tujuan pendidikan dan bahkan fungsi pendidikan. Pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat[1]. Konsep ini bermakna bahwa fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Ditinjau dari sudut pandang sosiologis dan antropologis, fungsi utama pendidikan untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik dan menanamkan nilai-nilai yang baik. Secara umum fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar[2].



PEMBAHASAN

1.      Ayat dan Terjemahan QS. Al-Baqarah/ 2 : 151
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gtƒ öNä3øn=tæ $oYÏG»tƒ#uä öNà6ŠÏj.tãƒur ãNà6ßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãƒur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ  
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
2.      Makna Mufrodat
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gtƒ öNä3øn=tæ $oYÏG»tƒ#uä
Sungguh aku berkehendak menyempurnakan nikmat-ku  kepada kalian, yakni dengan memberikan kekuasaan kepada kalian terhadap Baitullah yang aku jadikan kiblat kalian dan membersihkan kalian dari penyembahan berhala. Allah juga menyempurnakan nikmat dengan mengutus seseorang Rasul dari kalangan kalian sendiri yaitu Muhammad Saw. Kiblat berada di negara Islam dan Rasul adalah dari kalangan mereka sendiri. Rasul membacakan ayat-ayat Allah yang membimbing ke jalan yang benar dan Rasul memberi petunjuk ke jalan hidayah. Hidayah tersebut adalah ayat-ayat Al-Quran dan lain-lain yang merupakan bukti dan dalil yang menunjukkan keesaan Allah dan keagungan Allah serta menunjukkan kebijaksanaan Allah yang Maha Mengatur tatanan  langit dan bumi. Nikmat yang agung mereka peroleh ini karena Allah membarikan petunjuk ke jalan yang benar  dan disertai dengan dalil dasar argumen yang benar pula. Jadi bukan dengan cara taqlid atau menyerah begitu saja tanpa pemikiran. Dengan demikian peranan  akal dan agama disini dapat memberikan petunjuk dan bimbingan.[3]
Menurut pendapat Al Farra’ Huruf kaaf  pada ayat كَمَاأَرْسَلْنَافِيكُم  berada pada tempat nashab (yang mengharuskan harokat fathah pada kata benda), karena ia adalah sambungan dari sebuah masdar (kata benda/kata sifat yang diambil dari kata kerja) yang tidak dituliskan dari ayat sebelumnya. Maknanya adalah, agar kami dapat menyempurnakan nikmat yang kami berikan kepada kamu, sempurna seperti yang kami lakukan ketika mengutus seorang rasul kepadamu.
Ibnu Athiyah setuju dengan pendapat ini. Kedua ayat ini dapat dimaknai : "kami dapat menyempurnakan nikmat yang kami berikan kepada kamu dalam menjelaskan ajaran yang dibawa oleh nabi Ibrahim AS, seperti yang kami lakukan ketika mengutus seorang rosul kepadamu. Ada pula yang berpendapat bahwa maknanya, " Supaya kamu mendapat petunjuk, seperti petunjuk yang kami berikan ketika kami mengutus seorang rosul kepadamu".
Ulama lain berpendapat, bahwa huruf kaaf  berada ditempat nashab karna hukum haal (keterangan), maknanya menjadi agar kami dapat menyempurnakan nikmat yang kami berikan kepada kamu pada saat ini, dan penyerupaan terletak pada nikmat yang diberikan ketika mengarahkan kiblat seperti nikmat yang diberikan ketika mengutus seorang rosul, dan keagungan penyebutan perintah tersebut seperti keagungan nikmat-Nya.
Pendapat yang paling diunggulkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab hadisnya menyebutkan makna ayat ini adalah: Sebagaimana ajaran-ajaran yang telah AKU berikan kepada kamu ini, maka ingatlah AKU dengan cara bersyukur, dan AKU akan mengingatmu dengan cara menambahkan nikmat tersebut. Karena dalam mengingatmu itu terdapat rasa bersyukurmu kepada-Ku, dan AKU telah menjanjikan tambahan nikmat tersebut atas rasa syukurmu, sebagaimana firman Allah:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu". (QS. Ibrahim14: 7).
Oleh karena itu huruf kaaf pada ayat ini dan juga pada surat Al Anfal ayat 5, Al Hijrayat: 97 semua ayat ini bersangkutan dengan ayat setelahnya.
 وَيُزَكِّيكُمartinya Rasul membersihkan jiwa umat manusia dari berbagai kotoran perbuatan yang hina, seperti kebiasaan jahiliyah yang merajalela. Misalnya mengubur anak perempuan hidup hidup membunuh anak dengan maksud meringankan beban penghidupan, dan gemar mengalirkan darah lantaran persoalan yang sepele. Disamping itu rasulullah selalu menanamkan benih akhlak yang mulia sehingga kalian menjadi manusia yang berakhlak karimah.[4]
 وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَAllah mengajarkan kepada kalian bagaimana cara membaca al- Quran Nabi juga menjelaskan kepada kalian masalah masalah yang masih samar yang tersebut di dalam al-Quran. Baik itu berupa hukum, petunjuk dan rahasia  rahasia Allah dan kenapa al-Quran itu sebagai petunjuk dan cahaya bagi manusia. Nabi Muhammad membacakan al quran untuk mereka agar di hafal susunan kata katanya, sehingga al-Quran terpelihara dari perubahan. Nabi juga memberikan petunjuk akan rahasia rahasia dan hukum yang terkandung dalam al-Quran agar dijadikan petunjuk dalam kehidupan ini.
 وَالْحِكْمَةhikmah adalah pengetahuan yang disertai rahasia dan manfaat hukum sehingga dapat mendorong seseorang untuk mengamalkan sesuai dengan petunjuk. Sebab apa yang dilakukan Nabi (sunah) ketika dirumah dihadapan sahabat dan dalam keadaan perang dan damai,  safar dan muqim, bersama dengan mayoritas dan minoritas sahabat semuanya merupakan penjelasan bagi Globalnya Al-Quran disamping penjelasan terhadap kesamaan makna Al-Quran Jadi secara tidak langsung semuanya itu merupakan keterangan ynag menjelaskan hukum hukum Allah, rahasia dan manfaat yang terkandung dalam hukum tersebut.
 وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَDisamping Al-Quran dan hikmahnya Nabi juga mengajarkan pengetahuan yang tidak bersumber dari akal dan analisa Pengetahuan tersebut hanya diperoleh melalui wahyu, seperti pemberitaan tentang alam gaib,perjalanan nabi yang masih tampak kurang jelas bagi kalian , dan kisah-kisah yang sama sekali tidak diketahui oleh ahli kitab. [5]
Allah menyebutkan kata al kitab yakni al-Quran dan juga menyebut hikmah yang berarti sunnah rasulullah. Menurut Imam Syafii pendapat itu lebih tepat karena penyebutannya dilakukan setelah penyebutan al-Quran. Allah menyebutkan bahwa karunia Nya kepada mahluknya berupa pengajaran al-Quran dan hikmah kepada meraka. Dengan demikian tidak diperkenankan mengartikan hikmah dengan selain Sunnah Rasulullah[6].
3.      Kelompok Surat
Surah Al-Baqarah (Arab: البقرة , al-Baqarah, "Sapi Betina") adalah surah ke-2 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah. Sebagian besar ayat dalam surah ini diturunkan pada permulaan hijrah, kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat peristiwa Haji Wada'. Surah ini merupakan surah terpanjang dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamai al-Baqarah yang artinya Sapi Betina karena di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74). Surah ini juga dinamai Fustatul Qur'an (Puncak Al-Qur'an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain. Dinamai juga surat Alif Lam Mim karena surah ini dimulai dengan huruf arab Alif Lam dan Mim.
4.      Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh ‘Abed ibn Humaid dari Al Hasan, bahwasannyaYahudi dan Nasrani telah melihat bagaimana sifat  Muhammad tersebut dalam kitab-kitab mereka. Mereka mengakui dan menyaksikan kebenarannya. Manakala Nabi diangkat dari golongan orang lain,merekapun  mendengkinya lalu mengingkari dan mengkufuri, padahal dahulu telah mereka akui.
Kata ‘Ikrimah :Mereka itu ialah Abu Amir ArRahib, Al Harits ibn Su’aib beserta 12 orang kawannya. Mereka semua keluar dari Islam lalu menghubungi golongan Quraisy. Kemudian mereka menulis surat kepada keluarg amereka, katanya: Apakah mereka diberi hak bertobat? Maka turunlah ayat ini.[7] Turunnya ayat ini mengenai tentang penetapan arah kiblat ke masjidil  haram. Banyak orang musrikin yang menentang dalam hal “fawalliwajhaka” atau pemindahan kiblat dimasjidil  haram.[8]
5.      Munasabah
Hubungan surat Al-Baqarah ayat 151 dengan ayat sebelumnya adalah pengalihan kiblat dari masjid Al Aqsha di Palestina ke Ka’bah di Masjidil Haram di Makkah. Dan hubungan surat ini dengan ayat sesudahnya adalah Allah memberikan Nabi Muhammad sebagai petunjuk dan maka ingatlah Allah dan bersyukurlah kepada Allah.[9]
6.      Ayat yang Terkait QS. Al-Baqarah/ 2 : 151
Adapun ayat lain yang terkait dengan surat Al-Baqarah/ 2 ayat 151 adalah surat As-Sajadah/32: 7-9.
üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&ytur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ   ¢OèO Ÿ@yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ   ¢OèO çm1§qy yxÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ¾ÏmÏmr ( Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|ÁöF{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B šcrãà6ô±n@ ÇÒÈ  
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Allah SWT yang mengatur semua urusan dan maha pencipta itu serta yang maha perkasa lagi maha penyayang, dialah Yang membuat sebaik baiknya segala sesuatu yang dia ciptakan sehingga semua berpotensi berfungsi sebaik mungkin sesuai dengan tujuan penciptaannya dan dia telah memulai penciptaan manusia, yakni Adam AS dari tanah. Kemudian, dia menjadikan keturunannya dari sedikit sari patih air mani yang diremehkan bila dilhat kadarnya atau menjijikan bila dipandang atau lemah, tidak berdaya karena sedikitnya. Kemudian, yang lebih hebat dari itu, Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya roh atau ciptaannya dan setelah kelahirannya dibumi Dia menjadikan bagi kamu, wahai manusia, pendengaran agar kamu dapat mendengar kebenaran dan penglihatan agar kamu melihat tanda tanda kebesaran Allah, dan hati agar kamu dapat berpikir dan beriman, tetapi sedikit sekali kamu bersukur dan banyak diantara kamu yang kufur. Yakni kamu tidak mengfungsikan anugerah anugerah itu sebagaimana yang Allah kehendaki, tetapi memfungsikannya untuk hal hal yang bertentangan dengan kehendak - Nya.[10]
7.      Kandungan Harfiah
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB
"Sebagaimana telah Kami utus kepada kamu seorang Rasul dari kalangan kamu sendiri." (pangkal ayat 151).
Tuhan telah menyatakan bahwa nikmat-Nya telah dilimpahkan kepada kamu, sekarang kamu telah rnempunyai kiblat yang tetap, pusaka Nabi Ibrahim, sebagaimana ummat-ummat yang lainpun telah mempunyai kiblat. Ini adalah suatu nikmat dari Allah, dan berlombalah kamu dengan ummat yang lain itu menuju kebajikan di dunia ini. Dan kamu tidak usah takut-takut akan gangguan dan kritik, baik dari Yahudi atau dari orang-orang yang masih jahiliyah yang akan mencela perubahan kiblat itu dengan caranya masing-masing karena safih, yaitu bercakap dengan tidak bertanggungjawab. Dan Tuhanpun telah menjanjikan pula bahwa nikmat ini akan Dia sempurnakan.
Di belakang perubahan kiblat akan menyasul lagi nikmat yang lain, yaitu satu waktu Makkah itu akan dapat kamu taklukkan. Di samping nikmat itu ada terlebih dahulu nikmat yang lebih besar, puncaknya segala nikmat, yaitu diutusnya seorang Rasul dari kalangan kamu sendiri.

يَتْلُوْ عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا
"Yang mengajarkan kepada karnu ayat-ayat Kami. "
Yaitu perintah agar berbuat baik dan larang berbuat jahat.

وَ يُزَكِّيْكُمْ
"dan yang akan membersihkan kamu,"
Bersih dari kebodohan dan kerusakan akhlak, bersih daripada kekotoran kepercayaan dan musyrik, sehingga kamu diberi gelar ummat yang menempuh jalan tengah di antara ummat-ummat yang ada dalam dunia ini:

وَ يُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ
"dan akan mengajarkan kepada karnu Kitab dan hikmat."
Kitab itu ialah al-Quran, yang akan menjadi pembimbing dan pedoman hidupmu di tengah-tengah permukaan bumi ini dan hikmat ialah kebijaksanaan dan rahasia-rahasia kehidupan, yang dicantumkan di dalam sabda-sabda yang dibawa oleh Rasul itu.

وَ يُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَ
"Dan akan mengajarkan kepada kamu perkara-perkara yang (selama ini) tidak karnu ketahui." (ujung ayat 151)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa peralihan kiblat adalah-suatu nikmat, tetapi nikmat ini kelak akan disempurnakan lagi. Tetapi di samping itu sudah ada nikmat yang paling besar, yaitu kedatangan Rasul itu sendiri. Dengan berpegang teguh kepada ajaran yang dia bawa, derajatmu akan lebih baik lagi. Dari lembah jahiliyah dan kegelapan, kamu dinaikkan Tuhan ke atas martabat yang tinggi, dengan ayat-ayat, dengan Kitab dan dengan hikmat. Dan tidak cukup hingga itu saja, bahkan banyak lagi perkara-perkara yang tadinya tidak kamu ketahui, akan kamu ketahui juga berkat bimbingan dan pimpinan Rasul itu.
Maka banyaklah soal-soal besar yang dulunya belum diketahui, kemudian jadi diketahui, berkat pimpinan Rasul. Ada yang diketahui karena ditunjukkan oleh wahyu ilahi, seumpama kisah Nabi-nabi yang dahulu dan ummat yang dibinasakan Tuhan lantaran menentang ajaran seorang Rasul. Dan ada soal ­soal besar yang diketahui setelah melalui berbagai pengalaman, baik karena berperang ataupun karena berdamai. Dan diketahui juga beberapa rahasia yang hanya diisyaratkan secara sedikit oleh al-Quran; lama kemudian baru diketahui artinya.
BerNabi, berQuran, berkiblat sendiri yang tertentu, kemudian disuruh berlomba-lomba berbuat kebajikan. Dan tidaklah boleh takut atau berjiwa kecil menghadapi berbagai rintangan dan halangan. Dengan beginilah akan kamu penuhi tugas yang ditentukan Tuhan sebagai ummat yang menempuh jalan tengah.
Dengan ini telah timbul satu ummat dengan cirinya yang tersendiri, untuk jadi pelopor menyembah Allah Yang Esa. Ada orang yang hendak mencoba menimbulkan keraguan orang yang bukan Arab daripada isi ayat ini. Karena disebutkan bahwa Allah mengutus seorang Rasul di antara kamu. Kata mereka, ayat ini menunjukkan bahwa beliau hanya diutus kepada orang Arab, sebab yang dimaksud dengan karnu di sini ialah bangsa Arab.
Penafsiran yang seperti ini salah, ataupun disalah-artikan. Kalau difaham­kan secara demikian, tentu batallah maksud ayat-ayat yang lain, yang mengan­dung seruan kepada Bani Adam, atau kepada al-Insan, atau kepada an-Nas. Tentu batal pula ayat-ayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. diutus Tuhan adalah untuk Rahmat bagi seluruh alam Rahmatan lil-`Alamin.
Tentu orang-orang sebagai Shuhaib yang berbangsa Rum, ataupun Salman yang berbangsa Persia tidak akan menyambut seruan ini. Dan tentu Abdullah bin Salam orang Yahudi, atau Tamim ad-Dari dan Adi bin Hatim orang Nasrani tidak masuk Islam.
Yang dirnaksud dengan di antara kamu di sini, bukanlah di antara orang Arab saja, atau di antara Quraisy saja, melainkan lebih luas. Yaitu mengenai manusia seluruhnya. Nabi Muhammmad diutus dalam kaiangan manusia dan dibangkitkan di antara manusia sendiri; bukan dia Malaikat yang diutus dari langit. Dengan sebab beliau diutus di antara manusia, maka mudahlah bagi manusia meniru meneladani sikap beliau.
8.      Kontekstual QS. Al-Baqarah/2 : 151 dengan Pendidikan
Ayat ini menyatakan : sesungguhnya kami telah mengalihkan kiblat kearah masjid Al-Haram dengan tujuan menyempurnakan niat ku kepada kamu. Penyempurnaan nikmat itu serupa dengan penyempurnaan ketika kami telah mengutus kepadamu Rasul yang berasal dari kalangan kamu, dia membacakan ayat ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepada kamu Al Kitab dan Al Hikmah yakni As Sunnah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Penempatan ayat ini setelah uraian tentang kiblat dapat dinilai masih berhubungan secara tidak langsung setelah pembicaraan sebelumnya. Sperti tlah dikemukakan bahwa mengarah ke Baitul Almaqdis adalah atas inisiatif Rasul SAW ketika beliau baru tiba di Madinah. Disisi lain pengalihan kiblat keka’bah pada mulanya juga bersumber dari keinginan nabi SAW yang direstui Allah. Ayat ini mengingatkan kaum musllimin bahwa kebijaksanaan rasul yang pertama tidaklah keliru bahkan itu direstui oleh Allah. Bukankah Allah yang mengutus beliau anatara lain untuk mengajarkan Al Hikmah, yakni sunnah rasul, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun pembenaran terhadap apa yang dilakukan manusia.
Kaitannya QS. Al-Baqarah/ 2 : 151 dengan pendidikan adalah menjelaskan tentang fungsi-fungsi pendidikan Islam. Fungsi pendidikan Islam, dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 151 yang memperlihatkan bahwa ada  lima 5 fungsi pendidikan yang dibawa Nabi Muhammad, yang dijelaskan dalam tafsir al-Manar karangan Muhammad Abduh[11], 5 fungsi pendidikan yang dimaksud ialah :
a.       Membacakan ayat-ayat kami, (ayat-ayat Allah) ialah membacakan ayat-ayat dengan tidak tertulis dalam al-Quran (al-Kauniyah), ayat-ayat tersebut tidak lain adalah alam semesta. Dan isinya termasuk diri manusia sendiri sebagai mikro kosmos. Dengan kemampuan membaca ayat-ayat Allah wawasan seseorang semakin luas dan mendalam, sehingga sampai pada kesadaran diri terhadap wujud zat Yang Maha Pencipta (yaitu Allah).
b.      Menyucikan diri merupakan efek langsung dari pembacaan ayat-ayat Allah setelah mengkaji gejala-gejalanya serta menangkap hukum-hukumnya. Yang dimaksud dengan penyucian diri menjauhkan diri dari syirik (menyekutukan Allah) dan memelihara akhlaq al-karimah.  Dengan sikap dan perilaku demikian fitrah kemanusiaan manusia akan terpelihara.
c.       Yang dimaksud mengajarkan al-kitab ialah al-Quran al-karim yang secara eksplisit berisi tuntunan hidup. Bagaimana manusia berhubungan dengan tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.
d.      Hikmah, menurut Abduh adalah hadits, akan tetapi kali al-hikmah diartikan lebih luas yaitu kebijaksanaan, maka yang dimaksud ialah kebijaksanaan hidup berdasarkan nilai-nilai yang datang dari Allah dan rasul-Nya. Walaupun manusia sudah memiliki kesadaran akan perlunya nilai-nilai hidup, namun tanpa pedoman yang mutlak dari Allah, nilai-nilai tersebut akan nisbi. Oleh karena itu, menurut Islam nilai-nilai kemanusiaan harus disadarkan pada nilai-nilai Ilahi (al-Quran dan sunnah Rasulullah).
e.       Mengajarkan ilmu pengetahuan, banyak ilmu pengetahuan yang belum terungkap, itulah sebabnya Nabi Muhammad mengajarkan pada umatnya ilmu pengetahuan yang belum diketahui oleh umat sebelumnya. Karena tugas utamanya adalah membangun akhlak al-Karimah. Namun sebagai antisipasi kedepan dan dalam memberikan wawasan global, nabi banyak menganjurkan umatnya untuk belajar dan menuntut ilmu dari siapa saja dan dari manapun sumbernya :                                                                                                                                         اطلب العلم ولو بالصين
Tuntutlah ilmu walau ke negeri China


















KESIMPULAN

Setelah adanya pembahasan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Islam adalah :
1.      Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenal jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi, sehingga tumbuh kemampuan membaca (analisis) fenomena alam dan kehidupan serta memahami hukum-hukum yang terkandung didalamnya. Dengan himbauan ini akan menumbuhkan kreativitas sebagai implementasi identifikasi diri pada Tuhan “pencipta”
2.      Membebaskan manusia dari segala analisis yang dapat merendahkan martabat manusia (fitrah manusia), baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Mengembalikan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individu maupun social.











DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Mustafa Al- Maraghi. Terjemah  Tafsir Al Maraghi 2.( Semarang: CV.
Toha Putra,1993).

Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Quranul Madjied “An-Nur” (Jakarta: N.V. Bulan
Bintang, 1965)

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam; (Jakarta : Bina Aksara,1987)
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Tanggerang:Lentera Hati, 2010)
-----------------------, Tafsir Al – Mishbah,Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
Volume 10 ( Jakarta Lentera Hati 2002)

M.Abduh,Tafsir al-Manar,juz III (Beirut :Darul Ma’arif)
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Pers, 2002 )
Syaikh Ahmad Musthafa al-Farran. Tafsir  Imam Syafii Menyelami Kedalaman
Kandungan Al Quran Jilid 1: Surat Al Fatihah- Surat Al imran,(Jakarta:
Almahira).2007.


[1]  H Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Pers, 2002 ), hlm..32
[2] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam; (Jakarta : Bina Aksara,1987), hlm. 33-34
[3] Ahmad Mustafa Al- Maraghi. Terjemah  Tafsir Al Maraghi 2.( Semarang: CV. Toha Putra,1993). Cet. Ke- 2. hlm 28.
[4] Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Terjemah  Tafsir Al-Maraghi. hlm 29.
[5]Ibid,  hlm 30.
[6] Syaikh Ahmad Musthafa al-Farran. Tafsir  Imam Syafii Menyelami Kedalaman Kandungan Al Quran Jilid 1: Surat Al Fatihah- Surat Al imran,( Jakarta: Almahira)terj.2007.  Cet; Ke-1.hlm 228
[7] Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Quranul Madjied “An-Nur” (Jakarta: N.V. Bulan Bintang, 1965), hlm. 248.
[8] Ahmad Musthafa Al Maraghi, Al Maraghi (Semarang: Toha Putra, 1987), hlm 26
[9] M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Tanggerang:Lentera Hati, 2010) hal 23
[10] M.Quraish Shihab, Tafsir Al – Mishbah,Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 10 ( Jakarta Lentera Hati 2002) hal. 366
[11] M.Abduh,Tafsir al-Manar,juz III (Beirut :Darul Ma’arif)hal.29


Tidak ada komentar:

Posting Komentar